Minggu, 16 Desember 2007

Jepang Lebih Islami dari Indonesia?

Assalamualikum Wr Wb,

Pak Ustadz yang saya hormati, langsung saja ya Pak. Saya tinggal di Japan, dan saya melihat di sini bahwa judi, minuman keras dan free sex sudah menjadi barang yang umum dan bukan sebuah kriminal(asal tidak mengganggu ketertiban umum versi Undang-Undang Japan).

Yang jadi pertanyaan adalah, sering semasa saya di Indonesia, ustadz-ustadz saya mengatakan bahwa Judi, minum2-an keras dan sex bebas akan merusak sebuah masyarakat.judi membuat org jadi malas bekerja, minuman keras akan menjadikan masyarakat kacau, dll.

Namun yang saya liat di Japan ini kok tidak seperti yang dikatakan ustadz-ustadz saya di Indonesia ya Pak??Di sini yang judi ya judi... Kerja ya kerja(kerja keras malahan, n ga malas2)..tp tetap jujur, amanah, tepat waktu, tanggung jawab sama kerjaan.profesional deh sikapnya... Tdk suka ngeles kyk di Indonesia klo kerjaannya ga beres.

Padahal klo saya tidak salah, di Qur'an sudah jelas-jelas dilarang hal-hal itu karena agar masyarakat jadi baik.

Saya jadi berpikir, sebenarnya apa sih yang bikin masyaraat jadi baik? Agama ato tegaknya aturan? Di Japan ini yang jelas-jelas orang tidak mengenal Tuhan, tapi karena aturan dan sangsi yang tegas.orang jadi tunduk..di sini ga kenal namanya zakat... Tp pajak dan itu sangat di taati, ga kenalyangnamanya kerja adalah ibadah... Tp kerjanya lbh bagus dr kita..lbh punya spirit, ga kenalyangnamanya dalil-dalil agar jujur... Tp mrk jujur-jujur..dll.

Sementara di Indonesia dan negara-negara Arab sana(yang tempat turunnya para Nabi) yang agama dipandang suatu hak mutlak untuk dimiliki dan dijalankan... Tapi pelaksanaannya jauh lebih tidak berperikemanusiaan.Astagfirullah.

Tolong ya Pak Ustadz.saya lagi mencari pencerahan.

Terima kasih atas jawabannya

Wasalam,

Nurman

dadiq78
dadiq78

Jawaban

Assalamu 'alaikum warhmatullahi wabarakatuh,

Barangkali yang sedang anda rasakan ini sama dengan yang dirasakan oleh ulama Mesir di masa lalu. Beliau adalah seorang Muhammad Abduh.

Beliau sempat pergi dan melihat-lihat Eropa, meski pun beliau berasal dari Mesir. Di Eropa beliau cukup terkesima melihat kehidupan yang teratur, birokrasi yang profesional, kebersihan yang terpelihara di mana-mana, penghargaan terhadap waktu dan seterusnya.

Semua sangat kontradiktif dengan yang beliau dapati di negerinya sendiri, Mesir. Di sana kehidupan sangat tidak teratur, birokrasi sangat lambat bagai kura-kura jalan di tempat, kebersihan dan keindahan kurang mendapat perhatian, orang banyak buang waktu sia-sia dengan nongkrong di warung kopi.

Sehingga muncullah ungkapan beliau yang sangat terkenal itu. Di Eropa kita melihat Islam tapi tidak melihat kaum muslimin. Dan di Mesir kita melihat umat Islam tapi tidak melihat Islam.

Jadi memang ada benarnya apa yang sekarang ini terlintas di benak anda. Mungkin di Jepang ada Islam tapi minim umat Islam. Islam yang dimaksud adalah kebersihan, ketertiban, keprofesionalan, efisiennya birokrasi, kemajuan teknologi dan seterusnya.

Sedangkan di Indonesia, umat Islam jumlahnya ada 200 juta, tapi penerapan ajaran Islam dalam bentuk keberishan, keindahan, kerapihan, profesionalisme dan seterusnya, mungkin masih belum ada apa-apanya dibandingkan yang sudah berjalan di Jepang.

Implementasi Syariah Islam di Negeri Islam

Harus kita akui bahwa nyaris di semua negeri Islam, syariat Islam yang sudah dijalankan masih terlalu sedikit. Jangan dulu bicara hukum potong tangan, qishash, merajam pezina, atau mencambuk peminum khamar, bahkan sekedar shalat 5 waktu sekalipun, rasanya kok masih sedikit yang melakukannya.

Bukankah kendaraan di jalan raya masih tetap berseliweran saat khatib sudah naik mimbar Jumat? Apakah mereka yang di dalam mobil itu tidak pada shalat Jumat?

Bukankah jalan-jalan di kota Jakarta justru sangat padat pada jam-jam shalat Maghrib? Lalu kapan mereka melakukan shalat Maghrib? Di dalam mobil dan bus? Rasanya tidak mungkin.

Bukankah pusat perbelanjaan seperti mal dan sejenisnya, juga semakin padat justru pada jam shalat Maghrib? Lalu di mana mereka melakukan shalat maghrib? Di mushalla mal yang ukurannya 2 x 1 meter persis selebar kuburan?

Nah kalau anda bilang bahwa di Indonesia seharusnya lebih aman karena tidak ada orang mabuk, rasanya kurang tepat. Sebab jumlah peminum minuman keras di Indonesia mungkin malah jauh lebih banyak dari pada di Jepang.

Jumlah orang yang berzina di negeri kita mungkin juga lebih banyak dari Jepang. Termasuk jumlah orang yang nyolong, merampok, makan uang rakyat, termasuk menipu rakyat dan menjual aset negara, jumlahnya tidak pernah berkurang.

Dan ingat, negeri kita ini masih termasuk negeri yang tertinggi dalam prestasi korupsinya. Sebab dilakukan secara berjamaah mulai dari struktur pemerintahan terendah sampai yang tertinggi. Anda bisa bayangkan, kalau seorang Menteri Agama yang harusnya mengurus kebajikan dan amal shaleh, selesai jadi menteri malah masuk penjara untuk urusan yang sangat memalukan: korupsi.

Jadi jangan dulu berharap terlalu besar kepada Indonesia dalam masalah hasil penerapan Islam, walau pun secara kebetulan penduduknya mengaku beragama Islam. Sebab Islam yang mereka maksud ternyata tidak lebih dari sekedar formalitas, adapun urusan implementasi, rasanya masih banyak yang belum dilaksanakan sepenuhnya. Baik secara individu apalagi komunitas.

Jepang dan Negara Maju

Tapi sebaliknya, anda pun jangan berbangga dulu dengan kemajuan yang ada di negara Jepang, Eropa, Amerika dan lainnya.

Sekilas mereka memang kelihatan lebih maju, kaya, modern, profesional dan serba otomatis. Sehingga kita jadi seperti orang kampung masuk kota yang norak dan ndeso.

Namun anda harus akui bahwa kehidupan moral mereka pun jauh lebih bejat dari binatang. Bayangkan, zina mereka lakukan sudah bukan lagi dengan lawan jenis tetapi dengan sesama jenis. Bahkan dilegalkan menjadi keluarga, di mana ayah dan ibunya sama-sama laki-laki, ih jijay!

Apa itu yang kita bilang kemajuan? Nanti dulu

Penyakit kelamin semacam spilis, gonorhae bahkan HIV di negeri maju ang kita banggakan itu ternyata bukan hanya melanda para PSK saja, tetapi sudah menjadi penyakit semua orang termasuk anak-anak. Kita tidak bisa bayangkan kalau murid SD sudah terjangkit penyakit kelamin.

Orang tua anda selama masih hidup di Indonesia, insya Allah masih akan kita ajak tinggal di rumah kita, di ruma salah satu anak beliau. Sementara di negeri maju yang kita banggakan itu, orang tua bila dianggap sudah tidak berguna lagi, maka tempatnya cuma satu: panti jompo.

Dan anda kalau terus-terusan tinggal di jepang, setelah pensiun dan tidak berguna lagi dalam beberapa tahun lagi, siap-siap dijebloskan ke panti jompo.

Dan sebagai bagian dari warga negara maju, anda harus ikhlas kalau malam ini isteri anda harus tidur dengan atasannya, besok malam dengan bawahannya, besoknya lagi tidur dengan sopir perusahaan, besoknya lagi ditiduri oleh pengantar Pizza. Sebab anda pun harus melakukannya juga dengan bawahan anda, atau dengan isteri tetangga, atau dengan rekan bisnis.

Seks bebas yang mengakibatkan penyakit kelamin sudah dianggap biasa, bahkan merupakan keharusan. Kita sebagai rakyat Indonesia yang masih normal, rasanya bulu roma ikut bangun mendengarnya.

Jadi kalau ditimbang-timbang, sebenarnya kemajuan Eropa, Amerika, Jepang dan negeri maju lainnya, tidak terlalu mempesona juga. Apalagi di sana kita tidak bisa makan gado-gado lontong, cuma makan roti dan keju yang tanpa rasa itu. Biar bagaimana pun, sop kaki sapi Tenabang tetap lebih nikmat rasanya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warhmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

sumber:eramuslim.com

Tidak ada komentar: